Welcome to may blog "Wika Januar Andani" ^___^

Jumat, 09 Maret 2012

Membaca Arah Perubahan Dunia !


Dunia akan selalu berubah. Perubahan (change) adalah sebuah keniscayaan dalam hidup ini. Setiap detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun dunia terus mengalami perubahan. Lingkungan di sekitar kita juga berubah. Jika tidak ada perubahan maka itu bukanlah kehidupan. Kemampuan manusia untuk membaca beberapa arah perubahan itulah yang akan membuat dia menjadi pemenang. Ada sebuah filosofi dari tokoh evolusi Darwin yang mengatakan bahwa, di dunia bukan yang terkuat yang akan bertahan lama, melainkan yang adaptif terhadap perubahan zaman.
Proses adaptasi akan menjadi lebih cepat jika kita juga cepat melakukan identifikasi terhadap arah perubahan zaman. Ada beberapa fakta yang membukikan bahwa arus perubahan sebenarnya bisa kita tangkap dan kita manfaatkan. Misalnya, para Wali Songo yang disebutkan bisa mengamati jika Kerajaan Majapahit telah lemah akibat perang saudara. Perubahan itu kemudian dimanfaatkan oleh para Wali Songo untuk mendeklarasikan kerajaan baru yaitu Kerajaan Islam Demak. Begitu juga dengan arus perubahan dunia yang seyogyanya juga bisa kita indentifikasi. Arah dari tulisan ini adalah mencoba melakukan analisa beberapa poin yang menjadi penentu perubahan global. Tulisan ini adalah rangkuman dari paper yang berjudul asli Global Trends 2015; A Dialogue About The Future With Non-Government Experts.
Dalam paper itu dikatakan bila sistem internasional akan dibentuk oleh tujuh penentu  tren perubahan global yang saling berhubungan, yaitu: populasi, sumber daya alam dan lingkungan, ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi global dan globalisasi, pemerintahan nasional dan internasional, konflik, dan peranan AS. Tren-tren itu akan mempengaruhi kapasitas, prioritas dan perilaku negara dan masyarakat yang secara substansial menentukan keamanan internasional.
Pertama tentang populasi. Menurut hitungan statistik, dunia di tahun 2015 akan dihuni oleh 7,2 milyar manusia, meningkat dari 6,1 milyar pada tahun 2000. Namun demikian, angka pertumbuhan penduduk dunia menurun, dari 1,7 persen per tahun pada 1985 menjadi 1,3 persen, saat ini dan kira-kira akan menjadi 1 persen di tahun 2015. Meningkatnya harapan hidup dan merosotnya angka kesuburan (usia produktif) akan menyebabkan perubahan ke arah dominasi penduduk berusia lanjut (aging population) di negara-negara maju. Selain itu, kecenderungan demografi akan sangat berbeda. Lebih dari 95 persen pertambahan penduduk dunia akan terjadi di negara sedang berkembang, dan hampir semuanya di daerah-daerah perkotaan.
Penduduk India misalnya diprediksi akan meningkat dari 900 juta menjadi lebih dari 1,2 milyar pada 2015. Sedangkan penduduk Pakistan mungkin akan membengkak dari 140 juta menjadi 195 juta. Beberapa negara di Afrika dengan angka penderita AIDS yang tinggi akan mengalami pengurangan peningkatan populasi atau bahkan pengurangan populasi di samping angka kelahirannya yang relatif tinggi. Di Afrika Selatan, populasi diproyeksikan akan turun dari 4,3 juta di tahun 2000 menjadi 38,7 juta pada 2015. Rusia dan sebagian negara mantan Soviet akan mengalami penurunan populasi. Akibat tingginya angka kematian dan rendahnya angka kelahiran, populasi Rusia akan turun dari 146 juta saat ini, menjadi antara 130-135 juta jiwa pada 2015. Sementara negara-negara tetangganya di Asia Tengah akan mengalami pertumbuhan penduduk. Di Jeoang dan Negara Eropa Barat seperti Italia dan Spanyol, populasi juga cenderung menurun akibat tidak adanya pertumbuhan angka kelahiran dan imigrasi. Amerika Utara, Australia dan New Zealand yang secara tradisional merupakan sasaran utama para imigran akan terus memiliki angka pertumbuhan penduduk tertinggi di antara negara-negara maju, dengan angka pertumbuhan penduduk pertahun antara 0,7 hingga 1 persen.
Di negara-negara maju dan di banyak negara paling berkembang, penurunan perbandingan jumlah tenaga kerja dan pensiunan akan memperketat sistem (anggaran) layanan sosial, dana pensiun dan kesehatan. Pemerintah-pemerintah akan berusaha meredakan masalah melalui tindakan-tindakan seperti menunda pensiun, meningkatkan partisipasi tenaga kerja wanita dan mengandalkan tenaga kerja migran. Sebagian besar pemerintah akan berusaha mengatasi masalah rasio itu secara efektif dan untuk itu diperlukan penanganan yang luas. Perubahan ke arah meningkatnya proporsi pemberi suara dewasa akan merubah dinamika politik di negara-negara itu dan sulit untuk diramalkan.
Pada saat yang sama, booming orang muda akan terjadi di beberapa negara berkembang terutama di Sub-Sahara Afrika dan beberapa negara di Amerika Latin dan Timur Tengah. Tingginya jumlah orang muda itu akan menyebabkan instabilitas, khususnya ketika dikombinasikan dengan tingginya angka pengangguran dan ketegangan komunal. Dan saat sekarang kondisi ini terjadi di Mesir, Tunisia, Bahrain dan lain-lain yang kaum pemudanya menuntut adanya revolusi akibat pengangguran serta kemiskinan.
Sementara itu arah pergerakan manusia dalam 15 tahun ke depan akan ditandai dengan adanya laju urbanisasi dan migrasi lintas batas- masing-masing. Kondisi ini akan menciptakan peluang dan tantangan. Rasio penduduk desa dan penduduk kota meningkat pesat. Pada 2015 lebih dari separuh populasi dunia merupakan penduduk kota. Jumlah orang yang tinggal di kota-kota super besar  (mega-cities) –yang saat ini lebih dari 10 juta jiwa akan berlipat ganda mencapai lebih dari 400 juta jiwa.
Urbanisasi akan memberikan banyak negara, kesempatan untuk membuka revolusi informasi dan teknologi-teknologi maju lainnya. Ledakan pertumbuhan kota di negara-negara berkembang akan menguji kemampuan pemerintah dalam merangsang investasi yang diperlukan untuk menciptakan lapangan kerja dan menyediakan dukungan jasa, infrastruktur dan dukungan sosial yang penting bagi kelangsungan hidup dan kesimbangan lingkungan.
Berbagai tren demografis, globalisasi pasar tenaga kerja dan instabilitas serta konflik politik akan mendorong peningkatan dramatis pergerakan global manusia selama periode 2015. Imigran legal maupun ilegal saat ini berjumlah lebih dari 15 persen dari total populasi di lebih dari 50 negara. Jumlah itu akan terus bertambah secara substansial dan akan meningkatkan ketegangan sosial politik serta kemungkinan besar akan menghilangkan identitas-identitas nasional sebagaimana mereka memberikan kontribusi dalam dinamika demografi dan ekonomi.
Negara-negara akan menghadapi kesulitan yang semakin meningkat dalam mengatur arus dan tekanan migrasi yang akan berjumlah beberapa juta pertahun. Selama 15 tahun mendatang, para imigran akan beralih ke Amerika Utara, terutama para imigran yang berasal dari Amerika Latin dan Asia Timur dan Selatan. Untuk wilayah Eropa, terutama yang berasal dari Afrika Utara dan Timur Tengah, Asia Selatan dan bekas negara-negara komunis di Eropa Timur dan Eurosia. Sisanya akan beralih ke negara-negara maju di Asia, Amerika Latin, Timur Tengah dan Sub-Sahara Afrika.
Bagi negara tujuan yang berpendapatan tinggi, migrasi kan mengurangi kelangkanaan tenaga kerja sekaligus menjamin kelangsungan kekuatan ekonominya. Negara-negara Uni Eropa dan Jepang akan membutuhkan tenaga kerja baru dalam jumlah besar karena penduduknyayang makin menua dan rendahnya angka kelahiran. Namun di sisi lain imigrasi akan semakin memperumit integrasi sosial politik. Beberapa partai politik akan terus memobilisasi sentimen massa terhadap para imigran, memprotes pengetatan layanan-layanan sosial dan menyatakan kesulitan-kesulitan dalam berasimilasi. Negara-negara Uni Eropa dan Jepang akan menghadapi delema mempertemukan masalah-masalah perbatasan serta identitas kultural dengan tuntutan peningkatan demografis dan ketidakseimbangan pasar tenaga kerja.
Bagi negara tujuan dengan pendapatan rendah, migrasi massal yang terjadi karena konflik sipil, bencana alam atau krisis ekonomi akan mengakibakan ketegangan infrastruktur lokal, merusak keseimbangan etnik dan menyulut konflik-konflik etnis. Imigrasi ilegal akan menjadi isu yang semakin sensitif antar negara.
Bagi negara asal yang berpendapatan rendah, migrasi massal akan mengurangi tekanan dari para pengangguran dan para pekerja, disisi lain menyebabkan peningkatan signifikan aliran uang kiriman dari luar negeri. Para imigran akan berperan sebagai kelompok lobi-lobi etnik yang mengatasnamakan kepentingan negara asalnya. Kadang kala mereka turut mendukung konflik bersenjata yang terjadi di negara asalnya, seperti yang dilakukan oleh warga etnis Albania, Kurdi, Tamil, Armenia, Eritrea, dan Ethiopia, yang tersebar. Pada saat yang sama, migrasi akan mengurangi elit-elit terdidik negara asal. Diperkirakan ada 1,5 juta ekspatriat terdidik dari negara-negara berkembang yang bekerja di negara-negara berpendapatan tinggi (kaya). Aliran tenaga terdidik dari negara berpendapatan rendah ke negara berpendapatan tinggi ini tampaknya akan semakin intensif selama 15 tahun mendatang. (bersambung)

1 komentar: